Wednesday, 27 November 2019

Tobatnya Seorang Pencuri (Meninggalkan Sesuatu karena Allah)

Tobatnya Seorang Pencuri

Tobatnya Seorang Pencuri

Pada zaman nabi Muhammad SAW ada seorang pencuri yang hendak bertobat, dia duduk di majelis nabi Muhammad SAW dimana para sahabat berdesak-desakan di masjid Nabawi. Suatu ketika dia menangkap perkataan nabi SAW  إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ “ Barang siapa meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah, maka suatu ketika dia akan memperoleh yang haram itu dalam keadaan halal.” Sungguh dia tidak memahami maksudnya, apalagi ketika para sahabat mendiskusikan hal tersebut setelah majelis, dengan tingkat keimanan dan pemahaman yang jauh dibawah, sang pencuri terasa tersisihkan.

Akhirnya malam pun semakin larut, si pencuri merasa perutnya lapar. Ia pun keluar dari masjid demi melupakan rasa laparnya. Saat dia bejalan dia melihat suatu rumah yang pintunya agak terbuka. Dengan naluri pencurinya sang sudah kuat dia melihat dalam rumah tersebut dan pintunya tidak terkunci, dan timbullah peperangan dalam hatinya untuk mencuri dan memalingkan pandangan dan pikirannya untuk mencuri.

Tidak,ia merasa tidak boleh mencuri lagi. Tapi ini adalah kesempatan, haruskah dilewatkan begitu saja. Terjadilah peperangan dalam batinnya dan ada suara aneh yang membisikan kedalam hatinya. “ jika kamu tidak mencuri mungkin akan ada pencuri lainnya yang belum tentu seperti kamu”. Setelah berpikir keras ia memutuskan untuk mengingatkan pemilik rumah agar mengunci pintu rumahnya karena sudah lewat tengah malam.

Dia hendak memberi salam, namun timbul kembali suara aneh “Hei pemuda, bagaimana jika di dalam ada pencuri dan pintu tersebut terbuka oleh pencuri tersebut, jika engkau mengucapkan salam, akan kagetlah dia dan akan bersembunyi. Alangkah baiknya jika engkau masuk diam-diam dan melihat kedalam.” Ah… benar juga pikirnya.

Maka masuklah ia ke rumah itu. Ruangan rumah tersebut agak luas lalu dilihatnya ruangan-ruangan tersebut, ada  satu meja dengan penuh makanan timbul-lah keinginannya untuk mencuri lagi, namun segera ia sadar, tidak, ia tidak boleh mencuri lagi. Masuklah ia dengan hati-hati, tidak ada pencuri didalam rumah, berarti memang sang pemilik rumah yang lalai tidak mengunci pintu. Sekarang tinggal memberi tahu pemilik rumah tentang kelalaiannya, tiba-tiba terdengar suara mendengkur orang halus dari suatu ruangan.

Tanpa dia sadari, kakinya melangkah mendekati tempat tidur, perasaannya berkecamuk, macam-macam hal yang terlibat dihatinya. Ternyata wanita cantik sedang tidur, kecantikannya dan tidak lengkapnya busana tidur yang menutup aurat sang wanita membuat timbul hasrat kotor dalam dirinya. 

Segera ia memutar badannya untuk pergi. Akan ia ketuk dan beri salam dari luar sebagaimana tadi. Ketika akan menuju pintu keluar ian melalui meja makan tadi , tiba-tiba terdengar bunyi dalam perutnya, ia lapar. Terdengar suara aneh yang menyuruhnya untuk makan, namun ia segera sadar. “ Bila suara tersebut dari tuhan,tidak akan memberi nasihat seperti ini. Celaka aku, bila ada orang dari luar yang melihat perbuatanku, aku harus keluar.”

Maka tergesa-gesa ia keluar rumah wanita tersebut, ketika tiba dihadapan pintu ia mengetuk dengan keras dan mengucapkan salam yang terdengar serak dan menakutkan. Ia bermaksud membangunkan si punya rumah. Namun ia khawatir dengan suaranya yang berubah, setelah itu tanpa memastikan pemiliknya mendengar atau tidak ia kembali menuju masjid dengan perasaan resah namun lega, karena tidak ada orang yang memergoki dia lakukan di rumah terebut.

Sesampainya di masjid, ia melihat nabi Saw sedang berdiri shalat. Di sudut ruangan ada seorang yang membaca Al-Qur’an dengan khusyuk sambil meneteskan air mata, di sudut-sudut lain terdapat para sahabat dan kaum shuffah tidur. Dingin sekali malam ini, lapar sekali perut ini teringat lagi ia akan pengalaman yang baru ia alami, bersyukur ia atas pertolongan Allah yang menguatkan hatinya.

Tapi, tidak terdengar bisikan Allah dihatinya, apakah Allah marah? Lalu ia menghampiri sudut ruangan masjid duduk dekat pintu, dekat dengan orang yang membaca Al-Qur’an. Ditengah melamunnya, ia mendengar sayup namun jelas bait-bait ayat suci…

وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۚ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ ۖ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ

“Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.” (QS. Ibrahim : 21)

وَقَالَ ٱلشَّيْطَٰنُ لَمَّا قُضِىَ ٱلْأَمْرُ إِنَّ ٱللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ ٱلْحَقِّ وَوَعَدتُّكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ ۖ وَمَا كَانَ لِىَ عَلَيْكُم مِّن سُلْطَٰنٍ إِلَّآ أَن دَعَوْتُكُمْ فَٱسْتَجَبْتُمْ لِى ۖ فَلَا تَلُومُونِى وَلُومُوٓا۟ أَنفُسَكُم ۖ مَّآ أَنَا۠ بِمُصْرِخِكُمْ وَمَآ أَنتُم بِمُصْرِخِىَّ ۖ إِنِّى كَفَرْتُ بِمَآ أَشْرَكْتُمُونِ مِن قَبْلُ ۗ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَهُمْ  عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.” (QS. Ibrahim : 22)

Bergetarlah hatinya mendengar perkataan Allah yang di dengarnya. Berkatalah ia, “engkau berbicara kepadaku kah, ya Allah?” Serasa lapang hatinya,semakin asyik ia mendengarkan bacaan suci itu, maka lupalah ia akan laparnya, segar rasanya badannya.

Cukup lama ia mendengarkan bacaan orang tersebut hingga tiba-tiba tersentak ia karena bacaan itu dihentikan berganti dengan ucapan menjawab salam. Terlihat olehnya pula bahwa pria itu menjawab salam seorang wanita dan seorang tua yang masuk langsung menuju tempat nabi Saw sedang duduk berzikir, dan wajah wanita itu… adalah wajah wanita tadi! Wanita cantik yang rumahnya telah dimasukinya.

Timbul gelisah dalam hatinya, apakah tadi ketika ia berada di ruangan itu sang wanita pura-pura tidur dan melihat wajahnya? Ataukah ada orang yang diam-diam melihatnya, mungkin laki-laki tua yang bersamanya adalah orang yang diam-diam memergokinya ketika ia keluar dan mengetuk pintu itu? Ah! Celaka! 

Namun bergetar tubuhnya tidak mampu ia menggerakan anggota tubuhnya untuk bersembunyi atau pergi apalagi tampak olehnya pria yang tadi membaca Al-Qur’an hendak tidur dan tak laman pun mendengkur. Dan ia melihat mereka sudah berbicara dengan nabi Saw. Hampir celentang jatuh ia ketika mendengar suara nabi Saw : “hei fulan, kemarilah!” dengan perlahan dan perasaan takut ia mendekat. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya. Ia mendengar sang perempuan masih berbicara kepada nabi Saw,

katanya: “… benar ya Rasulullah, saya sangat takut pada saat itu saya bermimpi rumah saya kemasukan orang yang hendak mencuri, dia mendekati saya dan hendak memeperkosa saya, ketika saya berontak…ternyata itu hanya mimpi. Namun ketika saya melihat sekelilingnya ternyata pintu rumah saya terbuka sebagaimana mimpi saya da nada suara menyeramkan yang membuat saya takut. Maka saya segera menuju rumah paman saya untuk mencarikan suami buat saya, agar kejadian yang di mimpi saya tidak terjadi bila saya ada suami yang melindungi. Sehingga beliau mengajak saya menemui engkau disini agar memilihkan calon suami untuk saya.”

Nabi Saw memandang kepada si pemuda bekas pencuri, lalu berkata: “ hei fulan, karena tidak ada pria lain yang bangun kecuali engkau saat ini, maka saya tawarkan padamu, maukah engkau menjadi suaminya? ” terkejut ia mendengar itu, tetapi dengan cepat mengangguklah ia.

Dan setelah shalat subuh, nabi Saw mengumumkan hal ini dan miminta para sahabat mengumpulkan dana untuk mengadakan pernikahan dan pembayaran mas kawin si pemuda ini. Setelah pernikannya, tahulah ia akan arti perkataan nabi Saw yang lalu: “ barang siapa meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah, maka suatu ketika dia akan memperoleh yang haram itu dalam keadaan halal.”

baca juga: Ukhuwah Islamiyah dan Petunjuknya dalam Al-Qur'an

Sekarang ia dapat memakan makanan yang tadinya haram kini halal dan ia dapat menikmati wanita itu sebagai istrinya yang halal.

Sahabat noerislam itulah ulasan mengenai mengenai kisah tobat seorang pencuri “meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah, dan Allah pun memberikan sesuatu tersebut dalam keadaan halal” . Terima kasih telah berkunjung ke website cahaya islam, semoga apa yang sahabat baca dapat membawa manfaat dan kemaslahatan untuk kita semua, Aamiin ya rabbal aalamiin.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon