![]() |
Do'a Dipanjangkan Umur |
Dalam berdo’a hendaknya dimulai dengan memuji Allah SWT kemudian membaca salawat nabi, barulah menyampaikan isi doanya yaitu do’a yang kita harapkan. Hal ini di dasarkan atas sabda Nabi saw riwayat Abu Dawud, At Tirmidzy, Al Hahim, dan Ibnu Hibban serta Al-Baihaqy yang artinya sebagai berikut:
Artinya: “Apabila berdo’a salah seorang diantara kamu, mulailah dengan memuji tuhan Allah SWT kemudian membaca salawat Nabi saw. Kemudian memohon apa yang dikehendaki.”
Selain itu ketika memanjatkan do’a kepada Allah hendaknya dalam do’a tersebut diakhiri dengan membaca hamdalah sesuai dengan gambaran yang tersebut dalam ayat 10 pada surat yunus berikut ini:
دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ ۚ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya: Do'a mereka di dalamnya ialah: "Subhanakallahumma", dan salam penghormatan mereka ialah: "Salam". Dan penutup doa mereka ialah: "Alhamdulilaahi Rabbil 'aalamin".
Hal lain ketika sudah berdo’a dianjurkan untuk membaca Al-Fatihah.
Dalam surat Al-A’raf ayat 34 yang berbunyi:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
Maksud ayat tersebut adalah bahwa tiap-tiap umat atau bangsa telah ditentukan masa kejayaannya. Bukan hanya perorangan tetapi setiap mahluk teutama manusia sekalipun memang ada keterangna bahwa umur dan nasib setiap orang itu ditentukan oleh Allah SWT,seperti tertulis dalam surat Al-Isra ayat 13 dan surat Hud ayat 6, selain ayat tersebut adapun yang lebih khusus lagi yaitu mengenai mengenai kematian umat manusia yang tersurat dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 2 yaitu:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضَىٰ أَجَلًا ۖ وَأَجَلٌ مُسَمًّى عِنْدَهُ ۖ ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ
artinya: “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).”
Berdasarkan ayat-ayat di atas memang benar bahwa ketentuan kehidupan umat manusia itu ditetapkan oelh Allah SWT, karena Allah-lah yang emnciptakan manusia. Ketentuan tersebut dikenal dengan nama qadha dan qadar.
Hubungan perbuatan manusia dengan qadha dan qadar ialah bahwa segala ketentuan adalah datangnya dari Allah SWT dan dari usaha manusia itu sendiri. Perbuatan manusia di lihat dari kemampuannya adalah dari hasil usahanya sendiri, tetapi jika di lihat dari kekuasaan Allah, perbuatan manusia adalah merupakan ciptaannya, manusia hanya dapat berikhtiar. Dan mengenai ikhtiar manusia itu memang suatu keharusan untuk berikhtiar, tidak boleh melalaikannya.
Seseorang dituntut untuk menjaga dan memelihara kesehatannya , jika sakit itu terjadi maka wajib berobat menurut kemampuannya dengan cara yang benar. Mengenai umur manusia memang telah ditentukan oleh Allah SWT, dan hanya Allah saja yang mengetahuinya. Orang yang sakit kemudian meninggal dunia akibat kelalaiannya tidak berobat, memang termasuk takdir Allah. Tetapi manusia itu dinilai buruk atas kelalainnya itu.
Jika ada manusia yang sakit kemudian berobat namun tidak lekas sembuh juga, bahkan sampai meninggal dunia itupun merupakan takdir Allah. Tetapi orang tersebut mendapat pahala atas usahanya itu. Selain itu jika ada seseorang yang sakit kemudian ia berobat dan dengan berobat itu ia sembuh, maka itu pun atas ijin Allah dan merupakan takdir Allah SWT.
Sesungguhnya berobat itu sendiri termasuk anjuran Rasulullah saw,
Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah dia berkata bahwa Nabi bersabda,
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ، بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
Diriwayatkan pula dari musnad Imam Ahmad dari shahabat Usamah bin Suraik , bahwasanya Nabi bersabda,
كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَاءَتِ اْلأَعْرَابُ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ: نَعَمْ يَا عِبَادَ اللهِ، تَدَاوَوْا، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ. قَالُوا: مَا هُوَ؟ قَالَ: الْهَرَمُ
Artinya: “Aku pernah berada di samping Rasulullah. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah I tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)
Menganai berdo’a untuk meminta di panjangkan umurnya memang tidak ada salahnya. Karena persoalan mengenai umur itu urusan Allah. Sedangkan berdo’a itu dianjurkan dan berdo’a itu urusan manusia. Mengenai terkabulnya atau tidak, itu merupakan urusan Allah yang tidak boleh ialah berdo’a untuk cepat meninggal karena menunjukan kurangnya kesabaran atau menunjukan keputus-asaannya, sedangkan putus asa itu dilarang agama. Agama mengajarkan jika meminta segeralah menghadap Allah dan harus dikaitkan bahwa hal itu merupakan hal yang lebih baik.
Wallahu a’lam bish-shawabi.
Sahabat noerislam itulah ulasan mengenai memohon do’a untuk dipanjangkan umurnya. Terima kasih telah berkunjung ke website cahaya islam, semoga apa yang sahabat baca dapat membawa manfaat dan kemaslahatan untuk kita semua, Aamiin ya rabbal aalamiin.
EmoticonEmoticon