![]() |
Adab membaca Al-Qur'an |
Al-Qur’an sebagai kitab suci dan merupakan wahyu illahi mempunyai adab-adab tersendiri bagi orang-orang yang membacanya. Adab-adab itu sudah diatur dengan sangat baik untuk penghormatan serta keagungan terhadap Al-Qur’an; tiap-tiap orang harus berpedoman kepadanya dalam mengerjakannya. Imam Al Ghazali di dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin telah memperinci dengan sejelas-jelasnya tentang bagaimana hendaknya adab-adab membaca Al-Qur’an itu. Jadi adab yang mengenal batin dan adab yang mengenal lahir.
Adab tersebut diperinci kembali menjadi arti memahami asal kalimat, cara hati membesarkan kalimat Allah, menghadirkan hati dikala membaca sampai ketingkat memperluas, memperhalus perasaan dan membersihkan jiwa. Dengan demikian kandungan Al-Qur’an yang dibaca dengan perantaraan lidah, dapat bersemi dalam jiwa dan meresap ke dalam hati sanubarinya. Kesemuaaanya ini adalah adab yang berhubungan dengan batin, yaitu dengan batin dan jiwa.
Diantara adab-adab membaca Al-Qur’an, yang terpenting ialah:
1. Membaca Al-Qur’an sesudah berwudhu.
Disunatkan membaca Al-Qur’an ketika sudah berwudhu, dalam keadan bersih, sebab yang dibacanya adalah wahyu Allah. Kemudian mengambil Al-Qur’an hendaknya dengan tangan kanan; sebaiknya memegangnya dengan kedua belah tangan.
2. Membaca Al-Qur’an ditempat yang bersih.
Disunatkan membaca Al-Qur’an ditempat yang bersih seperti: rumah, mushalla, masjid dan tempat-tempat lainnya yang dianggap bersih. Namun tempat yang paling utama adalah di masjid.
3. Menghadap Qiblat.
Disunatkan membaca Al-Qur’an menghadap qiblat, membacanya dengan khusyuk dan tenang; sebaiknya berpakaian yang pantas.
4. Mulut hendaknya bersih.
Disunatkan ketika membaca Al-Qur’an mulut hendaknya bersih, tidak berisi makanan, sebaiknya sebelum membaca Al-Qur’an mulut dan gigi dibersihkan lebih dahulu.
5. Diawali dengan membaca ta’awwudz.
Ta'awwudz yang berbunyi: a’udzubillahi minasy syaithanirrajim. Sesudah itu barulah dibaca bismillahirrahmanir rahim. Maksudnya, meminta terlebih dahulu pertolongan Allah agar terjauh dari pengaruh tipu daya syaitan, sehingga hati dan pikiran tetap tenang di waktu membaca Al-Qur’an.
6. Tartil.
Disunatkan membaca Al-Qur’an dengan tartil, yaitu dengan bacaan pelan-pelan dan tenang, sesuai firman Allah dalam surat Al-Muzzammil ayat 4:
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
Artinya: “….. dan bacalah Al-Qur’an dengan tarlil (pelan-pelan)!”.
Membaca Al-Qur’an dengan tartil itu lebih banyak memberi bekas dan memengaruhi jiwa, serta lebih mendatangkan ketenangan batin dan rasa hormat terhadap Al-Qur’an.
7. Membaca dengan penuh perhatian.
Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud dari ayat-ayat Al-Qur’an, disunatkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yang dibacanya itu dan maksudnya. Cara pemebacaan seperti inilah yang dikendaki, yaitu lidahnhya bergerak membaca, hatinya turut memperhatikan dan memikirkan arti danmaksud yang terkandung dalam ayat-ayat yang dibacanya. Hal itu akan mendorongnya untuk mengamalkan isi dari Al-Qur’an itu.
Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 82 yang berbunyi:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Artinya: “apakah mereka tidak memperhatikan (isi) Al-Qur’an?...”
Bila bacaan Al-Qur’an yang selalu disertai perhatian dan pemikiran arti dan maksudnya, maka dapat dilakukan ketentuan-ketentuan tehadap ayat-ayat yang dibacanya. Umpamanya yaitu: bila bacaan sampai pada ayat tasbih, maka dibacanya tasbih dan tahmid; bila bacaan sampai pada do’a dan istighfar, lalu berdo’a dan minta ampun; bila sampai pada ayat azab, lalu minta pertolongan kepada Allah, bila sampai pada ayat rahmat, lalu minta dan memohon rahmat dan begitulah seterusnya.
Caranya boleh diucapkan dengan lisan atau cukup dalam hati saja. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud, dari Ibnu Abbas yang maksudnya sebagai berikut:
“ sesungguhnya Rasulullah saw. Apabila membaca:
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
beliau lalu membaca آمين "diriwayatkan oleh Abu Daud, dari Wa-il bin Hijr yang maksudnya sebagai berikut:
“ aku dengan Rasulullah membaca surat Al-Fatihah, maka Rasullullah sesudah membaca lalu membaca demikian juga disunatkan sujud, bila membaca ayat-ayat sajadah, dan sujud itu dinamakan sujud tilawah."
8. Membaca Al-Qur’an dengan suara yang bagus lagi merdu.
Disunatkan membaca Al-Qur’an dengan suara yang bagus lagi merdu, sebab suara yang bagus dan merdu itu menambah keindahan uslubnya Al-Qur’an. Rasulullah saw telah bersabda:
Artinya: “kamu hiaslah Al-Qur’an itu dengan suaramu yang merdu!”
Diriwayatkan bahwa pada suatu malam Rasulullah saw menunggu-nunggu isterinya, siti Aisyah ra. Setelah ia datang, Rasulullah bertanya kepadanya “bagaimanakah keadaanmu?” Aisyah menjawab “aku terlambat datang karena mendengarkan bacaan Al-Qur’an seseorang yang sangat bagus lagi merdu suaranya.” Maka Rasulullah terus berdiri dan pergi mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang dikatakan Aisyah itu, Rasulullah kembali dann mengatakan kepada Aisyah “orang itu adalah salim, budak sahaya Abi Huzaifah. Puji-pujian bagi Allah yang telah menjadikan orang yang suaranya seperti salim menjadi umatku.”
Oleh sebab itu melagukan bacaan Al-Qur’an dengan suara yang bagus adalah disunatkan, asalkan tidak melanggar ketentuan-ketentuan dan tata cara membaca sebagaimana yang telah ditetapkan dalam ilmu qiraat dan tajwid. Di dalam kitab Zawaidur raudhah, diterangkan bahwa melagukan Al-Qur’an denagn cara bermain-main serta melanggar ketentuan-ketentuan dalam ilmu qiraat dan tajwid, haramlah hukumnya; orang yang membacanya dianggap fasiq, juga orang yang mendengarkannya turut berdosa.
Sahabat noerislam itulah ulasan mengenai 8 adab dalam mmebaca Al-Qur’an . Terima kasih telah berkunjung ke website cahaya islam, semoga apa yang sahabat baca dapat membawa manfaat dan kemaslahatan untuk kita semua, Aamiin ya rabbal aalamiin.
EmoticonEmoticon