Pada masa awal pemerintahannya banyak diantara orang- orang islam yang belum begitu kuat imannya. Terutama di Nejed dan Yaman banyak diantara mereka kalangan umat islam yang menjadi murtad dari agama islam, selain itu banyak pula yang enggan dan menolak membayar zakat.
Disamping itu ada pula orang-orang yang mengaku bahwa dirinya sebagai nabi. Hal ini dihadapi oleh Abu Bakar dengan tegas, sehingga ia berkata kepada orang- orang yang menolak membayar zakat itu demikian, “Demi Allah!, jika mereka menolak untuk menyerahkan seekor anak kambing sebagai zakat (seperti apa) yang pernah mereka serahkan kepada rasulullah, maka aku akan memerangi mereka.”
Maka terjadilah peperangan yang hebat untuk menumpas mereka, orang- orang yang murtad dan pengikut-pengikut orang yang mengaku bahwa dirinya itu sebagai nabi. Diantara peperangan- peperangan itu ada yang begitu menarik perhatian yang terkenal yaitu Peperangan Yamamah. Tentara islam pada saat itu yang ikut dalam peperangan ini kebanyakan terdiri dari para sahabat dan para penghafal Al-Qur’an.
Perkembangan Al-Qur'an pada masa sahabat dimulai pada masa kekhalifahan Abu Bakar yang sempat berada keadaan yang cukup genting dimana para penghafal Al-Qur'an telah banyak yang gugur di medan peperangan melawan orang-orang yang murtad dari agama islam.
Dalam peperangan Yamamah ini ada beberapa kaum muslimin yang gugur diantaranya yang cukup banyak yaitu para penghafal Al-Qur’an yakni berkisar 70 orang. Bahkan sebelum adanya peperangan ini tidak sedikit pula orang-orang yang hafal Al-Qur’an yang gugur dimasa nabi pada suatu pertempuran di sumur Ma’unah yang dekat dekat dengan kota Madinah.
Oleh karena itu Umar bin Khattab khawatir akan gugurnya para sahabat penghafal Al-Qur’an yang masih hidup. Lalu Umar datang menemui Abu Bakar untuk memusyawarahkan mengenai hal ini. Dalam buku-buku tafsir dan hadis mengenai percakapan yang terjadi antara Umar Khattab, Abu Bakar dan Zaid bin Tsabit mengenai pengumpulan Al-Qur’an di terangkan sebagai berikut,:
Umar bin Khattab berbicara kepada Abu Bakar: “ yang terjadi dalam peperangan Yamamah, telah banyak yang gugur diantara para sahabat yang hafal Al-Qur’an. Saya khawatir akan gugurnya para sahabat yang lain dalam peperangan selanjutnya, sehingga banyak ayat-ayat Al-Qur’an itu yang perlu dikumpulkan.” Abu Bakar menjawab: “mengapa aku akan melakukan sesuatu yang tidak diperbuat oleh rasulullah.”
Umar kembali berbicara dan menegaskan pernyataannya: “Demi Allah, saya yakin hal ini adalah perbuatan baik dan merupakan amal shaleh”. Dan ia memberikan alasan- alasan lain bahwa pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an ini meruapakan perbuatan yang baik. Sehingga pada akhirnya Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima pendapat umar mengenai hal tersebut.
Pembukuan Al-Qur’an pada masa abu bakar di mulai pada saat ini. Abu Bakar memanggil Zaid bin Tsabit dan berkata kepadanya: “Umar mengajakku untuk mengumpulkan lembaran-lembaran Al-Qur’an.” Lalu diceritakan apa saja yang ada dalam pembicaraanya yang terjadi antara dia dengan Umar tadi.
Abu Bakar berkata kepada Zaid: “engkau adalah seseorang yang cerdas dan orang yang kupercayai selain itu kau juga adalah seorang penulis ayat Al-Qur’an dari Allah yang selalu disuruh oleh rasulullah saw. Oleh sebab itu maka kumpulkan lembaran-lembaran Al-Qur’an itu.”
Zaid lantas menjawab: “Demi Allah, hal ini merupakan suatu pekerjaan yang berat. Seandainya saja aku diperintahkan untuk memindahkan sebuah bukit, maka pekerjaan itu tidaklah lebih berat bagiku daripada mengumpulkan Al-Qur’an yang engkau perintahkan itu.” Dan berkata selanjutnya kepada Abu Bakar dan Umar: “mengapa aku harus melakukan suatu pekerjaan yang tidak diperbuat bahkan diperintahkan oleh nabi Muhammad saw? ”
Abu Bakar lantas menjawabnya: “Demi Allah, kami yakin perbuatan ini merupakan perbuatan yang baik dan merupakan amal shaleh”. Lalu ia memberikan alasan- alasan lain bahwa pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an ini meruapakan perbuatan yang baik. Sehingga pada akhirnya Allah membukakan hati Zaid. Kemudian Zaid mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an dari daun, pelepah kurma, batu, tanah keras, tulang unta atau kambing dan dari sahabat-sahabat yang hafal Al-Qur’an.
baca juga: Pentingnya Belajar dan Mengajarkan Al-Qur’an
Dalam usaha mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an itu, Zaid bin Tsabit bekerja dengan amat teliti. Sekalipun dia merupakan seorang yang hafal Al-Qur’an seluruhnya. Tetapi untuk kepentingan pengumpulan Al-Qur’an yang begitu penting bagi umat islam itu, ia merasa suatu yang harus benar dan masih memandang bahwa perlunya untuk mencocokan hafalannya atau catatan dari para sahabat yang lain dengan adanya yang menyaksikan oleh dua orang sebagai saksi.
Dengan demikian Al-Qur’an seluruhnya telah ditulis oleh Zaid bin Tsabit dalam lembaran-lembaran dan diikatnya dengan benang yang tersusun urutannya ayat demi ayat sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah saw. Kemudian tulisan Al-Qur’an tersebut diserahkan kepada Abu Bakar, dan lembaran tersebut tetap dijaga dan tetap ada di tangan Abu Bakar hingga ia wafat.
Sampai pada akhirnya lembaran Al-Qur’an itu dipindahkan ke rumah Umar bin Khattab dan selalu ada padanya dan juga hingga pemerintahannya. Sesudah beliau wafat lembaran Al-Qur’an pindah ke rumah Hafsah, putri Umar yang merupakan istri rasulullah hingga masa pengumpulan dan penyusunan Al-Qur’an di masa khalifah Utsman bin Affan.
Sahabat noerislam itulah ulasan mengenai kisah pemeliharaan Al-Qur’an di masa Abu Bakar. Terima kasih telah berkunjung ke website cahaya islam, semoga apa yang sahabat baca dapat membawa manfaat dan kemaslahatan untuk kita semua, Aamiin ya rabbal aalamiin.
EmoticonEmoticon